GALON BERBISIK
Kalau pasir berbisik mungkin temen-temen udah sempat nonton film garapan sutradara kebanggaan negeri ini Mas Garin Nugroho yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo.
Tapi kali ini saya punya sudut cerita baru yang mungkin bisa disimak dengan santai sambil ngemil keripik singkong sapi lada hitam. Sip yah...hehe
Pernah ngeliat pagi-pagi ibu dirumah komat-kamit gara-gara air galon abis pas bagian kamu mijit dispenser gak?
Terus kamu harus tanggungjawab buat ngisi tapi kamu harus buru-buru berangkat ke kantor karena udah kesiangan banget.
Nah...mungkin sekilas urusan kayak gitu simpel banget. Tapi mungkin beda dengan kejadian yang agak mirip terjadi pada seorang pria dewasa yang lumayan kasian. Sebut saja namanya Prahara.
Mas Prahara sekilas mirip salah satu personil grup vocal jaman baheula "Lingua" kalau saya gak salah namanya Francois, masih inget? Kalau lupa ini dia fotonya.
Sengaja saya tampilkan visualnya biar temen-temen yang baca artikel ini mencoba ikut merasakan pengalaman paginya Mas Prahara.
Begini ceritanya...
Pagi tadi, Mas Prahara sengaja ambil air mineral dari galon karena mau sarapan pagi tepat sebelum dia memulai pekerjaannya. Saat itu juga yang keluar cuma beberapa tetes dari ujung kran dispenser.
Jari-jarinya spontan langsung menarik galon cadangan yang sengaja diletakkan disamping dispenser, saat tangan kanannya menarik tutup seal galon Mas Prahara hafal betul kalau posisi tutupnya rentan putus kalau tidak dibantu dengan gunting atau cutter. Secara tiba-tiba ada seorang wanita dewasa sambil komat-kamit melempar ucapan yang setengah meremehkan. Inti ucapanya adalah masa sih buka tutup galon aja gak bisa, gak yakin bisa dan lambat.
Mas Prahara mungkin sedikit terganggu dengan ucapan kecut itu dan membiarkan wanita dewasa itu menarik sendiri dan Upps...tepat sesuai prediksi. Tarikan tutupnya putus sementara galonnya belum berhasil terbuka.
Mungkin ini bukan soal baper atau tidak baper, tapi ini tentang ketidakpercayaan seorang wanita dewasa pada Mas Prahara yang cenderung menyakitkan.
Mungkin kalau wanita dewasa itu berhasil membuka sendiri tutup galonnya Mas Prahara akan bilang "Ok, No problem" tapi yang terjadi malah sebaliknya. Tutup galonnya jadi keras untuk dibuka sementara penghinaan ringan sudah masuk ke memorinya Mas Prahara.
So, mungkin yang saya tangkap Mas Prahara merasakan sesuatu yang emang sih simpel kejadiannya tapi saya yakin itu membekas dan kalau dibawa ke level baper mungkin akan jadi penyakit hati.
Mas Prahara mengulik susunan kata yang diucapkan oleh wanita dewasa itu dan seperti merasakan adanya bisikan panas disaat udara pagi yang dingin masih sangat terasa dikulit.
Mungkin kisah ringan yang terjadi pada Mas Prahara pagi tadi lebih pada kendali seseorang terhadap lisannya.
Karena bisa jadi kondisi hati tiap orang akan sangat berbeda. Hal sepele menurut seseorang belum tentu bisa sama dengan orang lain.
Dan yang perlu jadi catatan juga adalah jangan lupa belajar buat jadi lebih pintar menghargai oranglain sekecil apapun itu.
Kisah ringan Mas Prahara mengingatkan saya pada ungkapan jujur seorang sahabat terbaik saya yang mendadak hilang karena ada sebuah kekecewaan yang sempat dialaminya.
Pesan bertubi-tubi yang mendarat di Whatsapp saya Sabtu kemarin tepat ditengah perjalanan saya menuju Bandung, pesan tersebut makin mengajarkan saya tentang sebuah kelalaian yang berimbas fatal jika dibiarkan tanpa ada klarifikasi santun dan jiwa-jiwa besar untuk saling memaafkan.
Dan pagi itu saya tak berhasil menahan air mata, sebuah kesalahan masa lalu yang berhasil dicairkan dengan kebesaran hati dan kebaikan pikiran.
Terima kasih Mas Prahara dan terima kasih atas kucuran kata-kata yang mendarat di Whatsapp saya. Semua untuk kebaikan dan semuanya karena iman.
Terus jaga lisan dan mari sama-sama belajar untuk lebih santun berucap.
Terus jaga lisan dan mari sama-sama belajar untuk lebih santun berucap.
Salam, [umank ady].
Komentar
Posting Komentar